Tuesday, 20 October 2020

Merah Membara Pangkal Perjuangan

Once Upon a Time in Motor Community


Hobbies:
RED-HOT
  

  (MERAH PANAS : Sebuah Motor Club di Tanah Pengasingan Presiden RI-1, SOEKARNO)

Komunitas. Ya … kali ini penulis akan berbagi cerita atau story sharing tentang sedikit pengalaman di dalam komunitas sebuah motor club. Sejak hijrah tahun 1989 suatu ketika di Rengasdengklok –kota pangkal perjuangan- penulis belum mengerti atau paham betul dunia komunitas sebuah club motor. Dari pertama memiliki sepeda motor, penulis masih kurang percaya diri akan masuk ke dalam sebuah komunitas.   Berbekal sepeda motor butut GL Max buatan tahun 1978 dengan suka dan dukanya penulis memulai memantapkan terjun ke dalam komunitas. Komunitas itu pertama kali bernama Motuclas yang artinya Motor Tua Classic dengan kekhususan motor CB. Berawal dari segelintir personil yang digawangi oleh seseorang yang bernama Syahrul yang berlatar belakang bukan seorang motorist –ia adalah mantan seorang karyawan perusahaan yang beralih profesi ke bengkel motor-  akhirnya terbentuklah komunitas tersebut dengan nama Motuclas yang berdiri tahun 2010 dengan anggota inti 5 orang, yaitu : Kang Naryo, Batak, De’Tono, Dedi, Ahmad Ombeng.

“Ya… yang namanya merintis sebuah perkumpulan ya tidak aneh kalau modalnya pun modal dengkul, bro”




Si Empu Gandring, SYAHRUL, Sang Maestro RED-HOT


Dan dengan bekal tekad serta perjuangan akhirnya terkumpullah beberapa modal dan masuklah beberapa personil sebagai anggota setia Motuclas. Namun nama Motuclas itu sendiri belum banyak diketahui banyak orang baik di sekitar maupun di luar. Perjuangan untuk menyebarluaskan bendera Motuclas tidak berhenti. Hingga suatu ketika perjalanan tour kecil-kecilan dilakukan demi ketenaran sebuah komuniti. Tahun terus berjalan. Dalam kurun waktu kisaran 2 tahun kemudian bendera komuniti ini mulai dirasakan keberadaannya oleh seluruh masyarakat setempat hingga mencapai luar daerah. Akan tetapi seiring perjalanan waktu, dinamika sebuah potret club  mulai terasa di tubuh komunitas Motuclas. Satu persatu ketidaksepemahaman pandangan dalam pergerakan komunitas mulai nampak. Satu persatu para personil berhamburan tidak dapat bersatu lagi. Beberapa personil menyukai cara-cara yang bersifat independen walau toh demikian keakraban antar personil masih terjalin. Tepat tahun 2012 para personil yang masih setia berkumpul untuk merapatkan kembali gerakan komuniti ini. Tetap masih digawangi oleh seorang Syahrul dan kawan-kawan (terutama juga oleh Kang Naryo alias Walikukun, Dedi Kukut, Ahmad Ombeng) yang masih tersisa tercetuslah ide untuk merubah nama bendera komuniti ini menjadi RED-HOT (Rengasdengklok Honda Tua) beserta logonya. Perjuangan merubah bendera juga melalui perdebatan lama antar personil di sana sini. Namun tetap akhirnya diputuskan RED-HOT sebagai bendera resmi club CB satu-satu yang masih eksis sampai detik ini di Rengasdengklok. Tidak merubah keanggotaan yang signifikan dalam hal ini, namun perkembangan sedikit demi sedikit mulai terasa adanya kemajuan hingga club begitu antusias membuat segala pernak-pernik image RED-HOT agar tampil semakin meyakinkan di penjuru club motor lainnya. Mulai dari kaos, jacket, pin dan stiker, semua itu mulai tersebar. Dan pertemuan selalu diadakan tiap minggunya untuk sekedar kongkow-kongkow demi image suatu komuniti. Wal hasil club ini akhirnya dikenal oleh komuniti-komuniti dalam skala nasional.

“Begitu besarnya sih masih belum… apalagi sampai membuat sebuah gebrakan nasional. Ya… masih lokalan begitulah”




Relief Teks Proklamasi yang terletak di Tugu Pangkal Perjuangan Rengasdengklok

Tapi itulah komuniti dengan segala Joy and Pride-nya. Yang penting eksis di mata masyarakat dengan citra yang positif pula. Perjalanan berlanjut hingga terkolaborasi dengan suatu paguyuban seni sunda yang ada di sana.  Paguyuban tersebut digawangi oleh seorang bernama Ajen si anak empu dari paguyuban seni sunda. Sedikit ada kelegaan dimana permodalan agak sedikit terbantu untuk memperluas rambahan jaringan komuniti. Namun keikutsertaan penulis pada komuniti ini sudah mulai menepi saat penulis hengkang dari dari kota itu menuju ke timur yaitu Surabaya. Tinggallah sebuah kenangan. Kenangan yang begitu dalam melewati suka dan duka dalam mengarungi perjalanan club motor. Untungnya beberapa dokumentasi masih terpegang sampai saat ini. Dari situlah akhirnya pengalaman yang sebentar ini berhasil  dimaknai ke dalam sebuah renungan yang begitu mendalam :

- Solidaritas yang begitu besar dan menyenangkan mewarnai hidup antar personil
- Merasakan begitu pahitnya hidup bagaikan di kolong jembatan akan tapi tetap melahirkan sebuah gagasan yang cemerlang dan berani
- Menambah persaudaraan yang tiada batas dan melatih kesahajaan pribadi
- Selalu menjadi orang yang sigap di jalanan baik dalam keadaan bersama maupun sendiri
- Menjadikan personil yang selalu mengagumi keberadaan alam sekitar sebagai suatu ciptaan Yang Maha Kuasa
- Boros dari sisi keuangan pribadi? Tentu. Yang ini wajib dimiliki oleh setiap personil dalam sebuah                 perjalanan atau touring baik ikut club ataupun tidak. Hal ini hanya menjadi sebuah alternative jaga-jaga pada situasi genting. Istilahnya sih agak berkantonglah.. he he he
- Memahami etika touring di tengah perjalanan
- Memahami cara safety dalam bermotor 
- Menjadi personil yang berkarakter positif di perjalanan
- Jalan bukan menjadi milik motor club. 
(Kalau sudah celaka di jalan mau dibilang apa? Malu yang ada! Mau gagah-gagahan..? Tidak juga!)

Kesepuluh item inilah yang mungkin menjadi renungan penulis setelah menepi dari komuniti.  Banyak sekali ilmu yang bisa diserap. Itu pun belum semuanya. Terlepas dari kecil atau besarnya sebuah komuniti, RED-HOT tetap penulis hargai bagai sebuah titian cakrawala menuju Ghost Rider over The Highway.

Bagi para new comer yang ingin memasuki dunia komuniti motor club coba untuk selalu arif dalam perjalanan. Bukan untuk menjadi sok di jalan, melainkan selalu memberikan contoh-contoh etika dalam bermotor. Renungan penulis tersebut sekaligus merupakan tip bagi para motorist yang belum pernah merasakan suka dukanya hidup berkomuniti. Perlu jiwa-jiwa tangguh untuk menaklukkan jalan baik bersama maupun sendiri. Yang penting lagi keadaan motor harus selalu sehat agar tidak menambah trouble di jalan. Semua tulisan ini penulis persembahkan only for RED-HOT juga para camerad club motor pada umumnya. LONG LIVE RED-HOT! (Semoga RED-HOT selalu jaya)

Mohon maaf bagi rekan-rekan RED-HOT apabila dalam penulisan ini masih terasa kurang di sana sini. Untuk itu mohon adanya tambahan tulisan yang nantinya akan saya edit begitu ada masukan. Dan mohon maaf jika kiranya saat itu penulis banyak melakukan ucapan dan tindakan yang kurang berkenan di hati personil RED-HOT. Serta mohon maaf jika penulis tidak menuliskan nama-nama personil satu per satu. Ini bukan dikarenakan penulis lupa kepada para personil, akan tetapi ini demi fleksibilitas sebuah tatanan blog. Yang jelas penulis tidak akan melupakan kawan-kawan yang pernah terlibat di club.

Pioneer of RED-HOT :
      + Syahrul, Bengkel Owner
      + Naryo Walikukun
      +  Dedi Kukut
      +  Ahmad Ombeng
      +  Ajen


Kasih tak sampai dari Penulis. Semoga kita masih diberi waktu untuk berjumpa lagi. Miss you so, kawan!