Once Upon a Time in Motor Community
Hobbies:
RED-HOT

Komunitas. Ya … kali ini penulis akan berbagi cerita atau story sharing tentang sedikit pengalaman di dalam komunitas sebuah motor club. Sejak hijrah tahun 1989 suatu ketika di Rengasdengklok –kota pangkal perjuangan- penulis belum mengerti atau paham betul dunia komunitas sebuah club motor. Dari pertama memiliki sepeda motor, penulis masih kurang percaya diri akan masuk ke dalam sebuah komunitas. Berbekal sepeda motor butut GL Max buatan tahun 1978 dengan suka dan dukanya penulis memulai memantapkan terjun ke dalam komunitas. Komunitas itu pertama kali bernama Motuclas yang artinya Motor Tua Classic dengan kekhususan motor CB. Berawal dari segelintir personil yang digawangi oleh seseorang yang bernama Syahrul yang berlatar belakang bukan seorang motorist –ia adalah mantan seorang karyawan perusahaan yang beralih profesi ke bengkel motor- akhirnya terbentuklah komunitas tersebut dengan nama Motuclas yang berdiri tahun 2010 dengan anggota inti 5 orang, yaitu : Kang Naryo, Batak, De’Tono, Dedi, Ahmad Ombeng.
“Ya… yang namanya merintis sebuah
perkumpulan ya tidak aneh kalau modalnya pun modal dengkul, bro”
Si Empu Gandring, SYAHRUL, Sang Maestro RED-HOT
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Dan dengan bekal tekad serta perjuangan akhirnya
terkumpullah beberapa modal dan masuklah beberapa personil sebagai anggota
setia Motuclas. Namun nama Motuclas itu sendiri belum banyak diketahui banyak
orang baik di sekitar maupun di luar. Perjuangan untuk menyebarluaskan bendera
Motuclas tidak berhenti. Hingga suatu ketika perjalanan tour kecil-kecilan
dilakukan demi ketenaran sebuah komuniti. Tahun terus berjalan. Dalam kurun
waktu kisaran 2 tahun kemudian bendera komuniti ini mulai dirasakan
keberadaannya oleh seluruh masyarakat setempat hingga mencapai luar daerah.
Akan tetapi seiring perjalanan waktu, dinamika sebuah potret club mulai terasa di tubuh komunitas Motuclas. Satu
persatu ketidaksepemahaman pandangan dalam pergerakan komunitas mulai nampak. Satu
persatu para personil berhamburan tidak dapat bersatu lagi. Beberapa personil
menyukai cara-cara yang bersifat independen
walau toh demikian keakraban antar personil masih terjalin. Tepat tahun
2012 para personil yang masih setia berkumpul untuk merapatkan kembali gerakan
komuniti ini. Tetap masih digawangi oleh seorang Syahrul dan kawan-kawan (terutama
juga oleh Kang Naryo alias Walikukun, Dedi Kukut, Ahmad Ombeng)
yang masih tersisa tercetuslah ide untuk merubah nama bendera komuniti ini
menjadi RED-HOT (Rengasdengklok Honda Tua) beserta logonya. Perjuangan merubah
bendera juga melalui perdebatan lama antar personil di sana sini. Namun tetap
akhirnya diputuskan RED-HOT sebagai bendera resmi club CB satu-satu yang masih
eksis sampai detik ini di Rengasdengklok. Tidak merubah keanggotaan yang
signifikan dalam hal ini, namun perkembangan sedikit demi sedikit mulai terasa
adanya kemajuan hingga club begitu antusias membuat segala pernak-pernik image RED-HOT agar tampil semakin
meyakinkan di penjuru club motor lainnya. Mulai dari kaos, jacket, pin dan
stiker, semua itu mulai tersebar. Dan pertemuan selalu diadakan tiap minggunya
untuk sekedar kongkow-kongkow demi
image suatu komuniti. Wal hasil club ini akhirnya dikenal oleh
komuniti-komuniti dalam skala nasional.
“Begitu besarnya sih masih belum…
apalagi sampai membuat sebuah gebrakan nasional. Ya… masih lokalan begitulah”
Tapi itulah komuniti dengan segala Joy and Pride-nya. Yang
penting eksis di mata masyarakat dengan citra yang positif pula. Perjalanan
berlanjut hingga terkolaborasi dengan suatu paguyuban seni sunda yang ada di
sana. Paguyuban tersebut digawangi oleh
seorang bernama Ajen si anak empu dari paguyuban seni sunda. Sedikit ada
kelegaan dimana permodalan agak sedikit terbantu untuk memperluas rambahan
jaringan komuniti. Namun keikutsertaan penulis pada komuniti ini sudah mulai
menepi saat penulis hengkang dari dari kota itu menuju ke timur yaitu Surabaya.
Tinggallah sebuah kenangan. Kenangan yang begitu dalam melewati suka dan duka
dalam mengarungi perjalanan club motor. Untungnya beberapa dokumentasi masih
terpegang sampai saat ini. Dari situlah akhirnya pengalaman yang sebentar ini
berhasil dimaknai ke dalam sebuah
renungan yang begitu mendalam :
- Solidaritas yang begitu besar dan menyenangkan mewarnai
hidup antar personil
- Merasakan begitu pahitnya hidup bagaikan di
kolong jembatan akan tapi tetap melahirkan sebuah gagasan yang cemerlang dan
berani
- Menambah persaudaraan yang tiada batas dan
melatih kesahajaan pribadi
- Selalu menjadi orang yang sigap di jalanan baik
dalam keadaan bersama maupun sendiri
- Menjadikan personil yang selalu mengagumi
keberadaan alam sekitar sebagai suatu ciptaan Yang Maha Kuasa
- Boros dari sisi keuangan pribadi? Tentu. Yang
ini wajib dimiliki oleh setiap personil dalam sebuah perjalanan atau touring
baik ikut club ataupun tidak. Hal ini hanya menjadi sebuah alternative
jaga-jaga pada situasi genting. Istilahnya sih agak berkantonglah.. he he he
- Memahami etika touring di tengah perjalanan
- Memahami cara safety dalam bermotor
- Menjadi personil yang berkarakter positif di
perjalanan
- Jalan bukan menjadi milik motor club.
(Kalau sudah celaka di jalan mau dibilang apa? Malu yang ada! Mau gagah-gagahan..? Tidak juga!)
(Kalau sudah celaka di jalan mau dibilang apa? Malu yang ada! Mau gagah-gagahan..? Tidak juga!)
Kesepuluh item inilah yang mungkin menjadi renungan penulis setelah
menepi dari komuniti. Banyak sekali ilmu
yang bisa diserap. Itu pun belum semuanya. Terlepas dari kecil atau besarnya
sebuah komuniti, RED-HOT tetap penulis hargai bagai sebuah titian cakrawala
menuju Ghost Rider over The Highway.
Bagi para new comer
yang ingin memasuki dunia komuniti motor club coba untuk selalu arif dalam
perjalanan. Bukan untuk menjadi sok di jalan, melainkan selalu memberikan
contoh-contoh etika dalam bermotor. Renungan penulis tersebut sekaligus
merupakan tip bagi para motorist yang belum pernah merasakan suka dukanya hidup
berkomuniti. Perlu jiwa-jiwa tangguh untuk menaklukkan jalan baik bersama
maupun sendiri. Yang penting lagi keadaan motor harus selalu sehat agar tidak
menambah trouble di jalan. Semua
tulisan ini penulis persembahkan only for
RED-HOT juga para camerad club motor pada umumnya. LONG LIVE RED-HOT! (Semoga RED-HOT selalu jaya)
Mohon maaf bagi rekan-rekan RED-HOT apabila dalam penulisan
ini masih terasa kurang di sana sini. Untuk itu mohon adanya tambahan tulisan
yang nantinya akan saya edit begitu ada masukan. Dan mohon maaf jika kiranya
saat itu penulis banyak melakukan ucapan dan tindakan yang kurang berkenan di
hati personil RED-HOT. Serta mohon maaf jika penulis tidak menuliskan nama-nama
personil satu per satu. Ini bukan dikarenakan penulis lupa kepada para
personil, akan tetapi ini demi fleksibilitas sebuah tatanan blog. Yang jelas
penulis tidak akan melupakan kawan-kawan yang pernah terlibat di club.
Pioneer of RED-HOT :
+ Syahrul,
Bengkel Owner
+ Naryo
Walikukun
+ Dedi
Kukut
+ Ahmad Ombeng
+ Ajen
Kasih tak sampai dari Penulis. Semoga kita masih diberi waktu
untuk berjumpa lagi. Miss you so, kawan!